Ketua Dewan Kesenian Jambi (DKJ) Aswan Ashari mengungkapkan dari
beberapa literatur yang ditulis peneliti tentang Jambi termaktub dugaan
tentang bahasa Melayu Jambi termasuk induk dari bahasa Melayu di
nusantara dan bahasa Indonesia.
"Ini adalah khasanah yang patut
dibanggakan orang Jambi, karena dari literatur atau buku-buku penelitian
para ahli bahasa dan budaya bahkan banyak yang memaparkan dugaan
seperti itu, salah satunya Uli Kozok, salah seorang peneliti dari Hawai
University," kata Aswan di Jambi, Selasa.
Aswan mengungkapkan hal
tersebut saat kegiatan pelatihan penulisan kritik sastra dan penulisan
kreatif karya puisi yang diselenggarakan Kantor Bahasa Jambi dengan
menghadirkan sastrawan Agus R Sarjono pada 19-20 Desember, sebagai satu
rangkaian dari agenda Pertemuan Penyair Nusatara (PPN) VI di Jambi pada
28-31 Desember mendatang.
Ia mengutip hasil penelitian Uli Kozok
yang meneliti tentang bahasa dan naskah Melayu tertua di dunia
peninggalan zaman Adiyawarman, Raja Pagaruyung di Sumbar yakni Kitab
Undang-Undang Tanjung Tanah dari Kerinci pada 2006.
Menurut para
ahli dan Uli Kozok, salah satu indikasi untuk mengukur atau
memperkirakan tua tidaknya bahasa satu daerah itu adalah dari melihat
banyaknya dialek bahasa tersebut, dan bahasa Jambi menurut mereka
memiliki lebih dari 500 hingga 1.000 dialek.
Khususnya Uli Kozok
yang meneliti bahasa Kerinci tentu saja mengambil sampel tersebut dari
bahasa Kerinci yang masyarakat penggunanya diyakini juga sebagai salah
satu suku proto-Melayu yang masih ada saat ini, di mana dialek bahasa
Kerinci memang paling banyak di antara bahasa daerah lainnya.
Di
Kerinci, tambah dia, dialek bahasa yang digunakan masyarakatnya sudah
berbeda di setiap desa, bahkan ada yang sudah berbeda dialek pada dua
desa bertetangga yang hanya dipisahkan oleh parit kecil.
Namun,
tentu saja dugaan-dugaan sebagian para ahli dan peneliti itu tidak bisa
dijadikan kesimpulan, karena harus ada penelitian lain untuk menguji dan
menggalinya lagi.
"Hanya saja, sebagian rakyat Jambi semestinya
harus menyikapi dan mengapresiasi kondisi tersebut dengan menumbuh
kembangkan sikap apresiatif positif yang diwujudkan dengan tumbuhnya
kesadaran untuk bangga dan selanjutnya berkeinginan menggali khasanah
tersebut guna dijadikan identitas berbudaya," tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar