Translate
Kamis, 20 Desember 2012
SAINS : Kadal Ini Mampu Atasi Perubahan Iklim
Dari sebuah studi yang dilakukan oleh Manuel Leal, peneliti dari Duke University, Amerika Serikat dan timnya, diketahui bahwa kadal khas Puerto Rico yakni Anolis cristatellus (A.cristatellus) kini telah beradaptasi dengan udara yang lebih sejuk di Miami.
Hasil studi yang dipublikasikan di jurnal The American Naturalist tersebut juga mengindikasikan bahwa kadal yang bersangkutan kemungkinan mampu mentolerir variasi temperatur yang diakibatkan oleh perubahan iklim. “Kami tidak mengatakan bahwa perubahan iklim bukanlah masalah bagi para kadal. Itu merupakan masalah besar,” kata Leal.
“Namun, temuan kali ini mengindikasikan bahwa fisiologi thermal dari kadal tropis lebih mudah berubah dibandingkan yang diperkirakan,” ucapnya.
Sebelum ini, para ilmuwan yakin bahwa berhubung kadal merupakan hewan berdarah dingin, maka mereka tidak akan mampu mentolerir atau beradaptasi dengan temperatur yang lebih dingin. Namun, manusia telah membawa A. cristatellus yang merupakan kadal asli Puerto Rico ke kawasan Miami pada sekitar tahun 1975 lalu.
Padahal, rata-rata suhu di Miami mencapai sepuluh derajat Celcius lebih rendah dibandingkan dengan suhu rata-rata di Puerto Rico. Meski temperatur rata-rata di musim panasnya relatif sama. Dan ternyata, kadal tersebut mampu bertahan hidup.
Dalam studi kali ini, Leal dan rekannya menangkap A.cristatellus dari kawasan Pinecrest, Miami dan juga dari timur laut Puerto Rico. Mereka membawa kadal-kadal itu ke lab mereka di North Carolina, memasukkan termometer ke kloaka kadal dan mendinginkan udara ke beberapa titik temperatur.
Peneliti kemudian memantau betapa para kadal dengan mudah membalikkan tubuh mereka setelah mereka diterlentangkan. Kadal dari Miami membalikkan tubuh mereka pada temperatur tiga derajat lebih dingin dibandingkan dengan kadal dari Puerto Rico.
Menurut Leal, hewan yang membalikkan tubuh pada temperatur yang lebih rendah memiliki toleransi terhadap temperatur dingin yang lebih baik dan kemampuan ini kemungkinan sangat bermanfaat saat temperatur udara menurun. “Sangat mudah bagi kadal untuk membalikkan tubuh mereka saat mereka tidak kedinginan atau kepanasan,” ucapnya.
Namun, saat suhu udara menjadi semakin dingin, kemampuan membalikkan tubuh itu menurun. Dan sampai titik tertentu, mereka tak lagi mampu membalikkan tubuhnya. Di titik ini, yang disebut juga dengan “critical temperature minimum”, para kadal tidak mati. Mereka hanya kehilangan kontrol terhadap koordinasi tubuh mereka.
“Kasusnya sama seperti manusia yang mengalami hipotermia dan mulai kehilangan keseimbangan atau tak mampu berjalan,” kata Leal. “Temperatur tubuh terlalu rendah sehingga membuat otot tak mampu bekerja dengan normal,” ucapnya.
Yang menarik, evolusi biasanya terjadi dalam hitungan beberapa ratus, ribu, atau jutaan tahun. Namun, waktu 35 tahun yang dibutuhkan oleh kadal Puerto Rico agar mampu beradaptasi dengan suhu yang lebih dingin merupakan waktu yang sangat singkat. “Kita bisa menyaksikan perubahan evolusi ini dalam masa hidup kita,” ucap Leal.
Selain itu, Leal menyebutkan, toleransi kadal terhadap udara yang lebih sejuk juga memberikan secercah harapan bagi sejumlah spesies tropis lain. Meski begitu, para ilmuwan belum mengetahui seberapa cepat mereka mampu bertoleransi terhadap temperatur yang semakin tinggi, yang merupakan konsekuensi lain dari perubahan iklim, dan berevolusi.
Saat ini, selain melakukan uji coba terhadap spesies kadal lain dalam menghadapi udara dingin, Leal dan timnya juga bereksperimen terkait toleransi para kadal dalam menghadapi suhu panas. (Abiyu Pradipa/National Geographic Indonesia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar