Memanfaatkan kulit pisang dan kulit durian sebagai sumber energi listrik sangat mudah. Alat yang perlu disiapkan hanya tang, obeng, pisau, multimeter atau AVO (ampere, volt, ohm) meter, lampu LED, kabel, dan blender. Media yang disiapkan adalah kulit bagian dalam durian atau kulit pisang.
Kulit durian atau kulit pisang diblender, kemudian dimasukkan ke dalam wadah baterai kosong, lalu dipadatkan. Baterai ditutup rapat dan disegel. Baterai yang sudah diisi kulit pisang atau kulit durian diuji dengan AVO meter untuk mengetahui daya kuat arus dan beda potensial (tegangan) yang dihasilkan.
Tegangan harus minimal 1,3 volt untuk bisa dimanfaatkan. Baterai bisa pula diuji untuk menghidupkan radio, jam dinding, atau lampu senter.
Hasil penelitian siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, menunjukkan, kulit pisang bisa menghasilkan tegangan 1,3 volt, sedangkan kulit durian bisa menghasilkan 1,5 volt. Tegangan yang dihasilkan bergantung kadar air dan kandungan kalsium, natrium, dan magnesium kulit buah.
Menurut siswa Jurusan Kimia Industri yang melakukan penelitian, yakni Ahmad Ferianto, Andi Bagus, Aditya Dharma Putra, dan Arifin, tingkat kematangan durian menentukan besar tegangan yang dihasilkan. Durian yang terlalu matang ataupun yang masih muda hasilnya kurang bagus.
”Hanya durian yang betul-betul masaknya pas dan layak konsumsi yang bisa menghasilkan tegangan maksimal hingga 1,5 volt. Selain itu, jenis durian montong Tuban hasilnya lebih bagus dari varietas lain,” kata Aditya.
Kandungan mineral
Guru pembina SMK Negeri 1 Cerme, Imam Mukhlis, menuturkan, pemanfaatan kulit durian untuk sumber energi listrik bukan hal baru. Tujuannya memanfaatkan limbah baterai yang terbuang serta memanfaatkan kulit durian dan kulit pisang yang selama ini dianggap sampah.
”Selama bahan yang digunakan mengandung mineral natrium, kalium, dan magnesium bisa digunakan untuk sumber energi listrik. Kami berencana untuk mencoba kulit jeruk,” katanya.
Hasil riset siswanya diikutkan pada Gelar Karya dan Pameran SMK dan Perguruan Tinggi di Jatim Expo pada pertengahan September lalu. Sebelumnya, hasil karya tersebut diikutkan dalam pameran inovasi pendidikan dalam rangka Hari Pendidikan Nasional Mei lalu di Jakarta. Lalu, pada pertengahan Oktober dilombakan di ajang kreativitas Jawara SMK di Malang.
Baterai yang dibuat diberi label ”Nice Dry Cell”. Nice kependekan dari Negeri 1 Cerme. Tegangan yang dihasilkan sudah sama dengan baterai pabrikan, yakni 1,5 volt. Akan tetapi, perlu inovasi agar bisa bertahan lama seperti baterai pabrikan. Umumnya baterai dengan sumber energi dari kulit durian dan kulit pisang hanya bisa bertahan lima hari.
”Intinya ini bagaimana membuat energi ramah lingkungan,” kata Mukhlis.
Penelitian lain
Sebelumnya, siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kudus, Jawa Tengah, Huwaidah Najla, juga meneliti kulit durian untuk sumber energi listrik. Caranya sama, isi baterai yang mengandung mangan, besi, karbon, dan tembaga diganti kulit durian bagian dalam yang mengandung kalium dan natrium. Tegangan atau daya yang dihasilkan mencapai 1,25 volt. Karya tersebut mengantarkan Huwaidah dalam APEC Future Scientist Conference, Taiwan, 10-16 April 2011.
Pada 10 April 2012, siswa SMA Negeri 2 Kudus, Wildan Sheila Audina, diikutsertakan dalam Konferensi Anak Asia Pasifik berbakat di Taiwan setelah meneliti hal yang sama. Tegangan yang dihasilkan mencapai 1,5 volt dan baterai bisa bertahan lima hari. Penelitian terhadap kulit durian juga dilakukan Ruka’iya, siswa SMA 3 Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, Oktober 2011, dan siswa Madrasah Aliyah Negeri Kampar, Riau, Februari 2012. Hasilnya satu baterai dengan bahan dasar kulit durian bisa menghasilkan tegangan 1,25 volt, juga bertahan lima hari.
Sumber :
Kompas Cetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar